Biblioterapi: Terapi untuk Kesehatan Jiwa Melalui Buku

Situasi pandemi COVID-19 terbukti nyata bisa berdampak serius terhadap kesehatan jiwa. Seperti yang dilansir di detikcom situasi saat ini menimbulkan efek pada emosi negatif. Hal tersebut akibat dari keadaan yang tidak menentu hingga munculnya perasaan jenuh, perasaan khawatir, ketakutan, dan seterusnya. 

Siapa saja bisa terkena dampak emosi negatif dari situasi pandemi. Disadari atau tidak, emosi negatif tersebut bisa hinggap pada semua usia. Mulai usia anak-anak, remaja, dewasa, hingga lansia. 

Salah satu upaya terapi untuk menghindari dan menyembuhkan emosi negatif ini bisa melalui aktivitas membaca buku-buku. Konten yang disesuaikan dengan kondisi, usia, dan permasalahannya. Materi bahan terapi bisa diambil baik dari buku bertema fiksi maupun non fiksi. 

BACA JUGA: 15 Manfaat Membaca Buku Dongeng untuk Anak

Aktivitas membaca buku-buku tidak hanya bertujuan menggali wawasan, mencari hiburan, dan menumbuhkan keterampilan-keterampilan praktis dalam hidup. Lewat buku-buku pun bisa menjadi jembatan pengobatan bagi penyakit yang berkaitan dengan kesehatan jiwa, seperti stres, depresi, kecemasan berlebihan, dan persoalan psikis lainnya. 

Bagaimana buku-buku bisa menjadi bahan terapi untuk kesehatan jiwa memiliki sejarah panjang. Terapi menggunakan buku-buku sudah dikenal sejak zaman Yunani Kuno. Konon, ide terapi melalui buku diusulkan oleh Plato. Tercatat di bawah sebuah patung yang menggambarkan orang sedang bosan bertengger di atas gedung Perpustakaan Thebes, tertuliskan moto “tempat penyembuhan jiwa” (healing place of soul). Nampaknya penduduk Thebes saat itu menjadikan buku sebagai sumber dan media untuk meningkatkan “kesehatan” bagi kehidupan.

Biblioterapi

Asal kata biblioterapi tersusun dari dua kata, biblion dan therapeia. Biblion berarti buku atau bahan bacaan, sementara therapia artinya penyembuhan. Seiring waktu istilah ini sering kali muncul dalam kajian terutama dalam praktik ilmu konseling psikologi. Pendeknya, biblioterapi bisa diartikan sebagai upaya penyembuhan melalui media buku. 

Penerapan biblioterapi bisa diaplikasikan pada pasien yang bermasalah mulai dari anak, remaja, orangtua, hingga lansia.

Seperti apa tahapan dalam biblioterapi? Dalam psikoterapi, seorang terapis harus menguasai aneka literatur buku yang sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh kliennya. Maka sebelum seorang terapis menyarankan kliennya membaca buku, ia akan terus menggali dan mendiskusikan permasalahan yang ada. 

Terkait tahapan, menurut Herlina di artikel Bibliotherapi (Terapi Melalui Buku) dalam jurnal EduLib, Tahun 2, Vol 2, No. 2 November 201: Proses ini mencakup kesiapan klien dan seleksi buku, kegiatan klien membaca buku, serta aktivitas tindak lanjut. Seluruh aktivitas ini ditujukan untuk menggerakkan klien agar melalui tahapan-tahapan dalam proses bibliotherapeutic yaitu identifikasi dan proyeksi, katarsis, dan insight. Sementara terkait salah satu prinsip dalam materi bacaan, “material bacaan yang mengekspresikan perasaan atau mood yang sama dengan klien seringkali merupakan pilihan yang baik. Prinsip ini disebut sebagai “isoprinciple”, istilah yang berasal dari teknik terapi musik dan biasa digunakan dalam terapi puisi. Dalam hal ini, kesesuaian buku dan kenyamanan klien dalam membaca sangat diperhatikan.

Dalam sejarahnya upaya “meresepkan” buku sebagai obat telah lama sekali dipraktikkan. Biblioterapi sudah ada sejak zaman Yunani kuno, berkembang di awal abad 19, dan menjadi rujukan terapi pasca perang dunia I dan II. Di masa pandemi ini, buku-buku pun tetap menjadi pilihan terbaik, tidak sekadar penghalau rasa bosan namun bisa mengusir stres dan depresi.

Berikut beberapa daftar buku-buku rujukan tema self improvement  dari penerbit Transmedia dan Gagasmedia untuk dikoleksi di rumah. 

Sumber:

https://www.perpusnas.go.id

EduLib, Tahun 2, Vol 2, No. 2 November 2012 

Post Author: adgroup