Literasi Media, Belajarlah dari Estonia

belajar literasi media dari estonia
Ilustrasi Foto: Unsplash. Belajar literasi media dari Estonia

Negara-negara Skandinavia, dikenal memiliki kemampuan dan terampil mengurusi warganya agar terhalau dari informasi palsu. Mengapa demikian? Pertanyaan ini pernah dicuitkan Ismail Fahmi, founder Drone Emprit di Twitter. Salah satu penyebabnya, menurut Fahmi, banyaknya kiriman serangan hoax yang seringkali diterima negara-negara Baltik tersebut dari Kremlin. Fahmi memberikan penegasan untuk membentengi serangan tersebut, jawabannya cuma satu: literasi.

Dilansir dari situs web BBC, di Estonia, belajar literasi media sama pentingnya seperti belajar matematika, membaca, dan menulis. Berbagai cara dilakukan dan disesuaikan dengan jenjang usia. Khusus untuk anak-anak, misalnya, salah satu tema utama seperti bahaya disinformasi dikenalkan melalui pendekatan film kartun.

Selain edukasi literasi media, bekal kemampuan (kompetensi) digital perlu dikuasai. Tentang cara menggunakan internet dan media sosial secara aman, cara-cara konten digital dibuat dan disebarkan, dan bagaimana belajar mendeteksi berita disinformasi. Literasi media masuk ke dalam kurikulum dari TK hingga kelas 10. Inilah cara-cara Estonia melindungi warganya dari bahaya ketika berada di dunia maya. Pendeknya, literasi media ini melekat dalam sistem kurikulum dari tingkat prasekolah hingga kelas SMA.

BACA JUGA: Sebelum Mengenalkan Literasi Digital pada Anak, Orangtua & Guru Perlu Tahu Ini

Mengapa Estonia bisa unggul dalam teknologi dan digitalisasi? Ada dua hal penting yang menjadi bagian dari identitas Estonia: literasi media dan skill kemampuan digital warganya.

Selain dua hal di atas, di Estonia ada satu hal mendasar, seperti pemerintah berani berinvestasi besar dalam membangun sistem pendidikan yang bagus. Salah satu hasilnya, dalam urusan membaca menurut catatan PISA pada tahun 2018, Estonia menempati tingkat kelima di dunia dan pertama di Eropa. Mata pelajaran seperti matematika dan sains pun menempati juara pertama di Eropa.

Estonia dikenal sebagai negara kecil, yang terkoneksi dengan teknologi berbasis digital. Negara pecahan dari Uni Soviet ini, pada 1997 sudah menjajaki e-government. Sampai saat ini inovasi teknologi terus dikembangkan di berbagai layanan publik, seperti kesehatan, pendidikan, transportasi publik, dan sebagainya. Keberhasilan Estonia melakukan transformasi ke dunia digital, menjadi semacam rujukan penting negara-negara lain yang ingin belajar hal ini. Maka tidak heran pada April untuk belajar langsung pada negara ini. 

Kira-kira apa ya yang membuat Estonia, sukses menggarap hal ini? Lingkup wilayah negara yang kecil, di wilayah Eropa Utara dengan luas, 45.338 Km², memungkinkan pengelolaan secara digital relatif lebih mudah. Faktor lainnya, negara dengan jumlah penduduk 1,3 juta jiwa ini, menjadikan negara ini lebih mudah dalam mengedukasi literasi media dan kompetensi digital.

Sekadar catatan, belajar literasi media bertujuan membuat masyarakatnya selektif dan kritis dalam mengonsumsi informasi yang berasal dari internet dan media sosial. Harapannya netizen bisa belajar membedakan dengan jelas mana data dan informasi yang valid dan mana yang bukan. Serta memanfaatkan pengetahuan dan informasi secara inovatif dan positif.

Menurut Ismail Fahmi, yang disampaikan dalam Twitter-nya, “Ketika mereka dilepas tanpa edukasi, tanpa literasi, mereka hanya akan jadi produsen “junk” atau sampah.

Kepiawaian Estonia dalam membangun literasi media tidak bisa terlepas dari sistem pendidikan. Kita perlu menyadari sedang hidup di era post-truth, di mana keyakinan dan emosi orang lebih dianggap lebih benar dibandingkan argumen dan fakta ilmiah. Maka bekal ilmu untuk siswa sekolah dan netizen tentang pengetahuan akan bahaya misinformasi, disinformasi, dan mal-informasi perlu segara disampaikan agar menjadi keterampilan hidup sehari-hari.

Salah satu peranan belajar literasi media menjadi penting untuk membendung berita-berita hoax. Sebab berita-berita palsu, selain sangat berbahaya juga bisa berdampak luas, termasuk menghancurkan masa depan sebuah negara.

Sumber:

BBC.com

Detik.com

Twitter.com

Post Author: adgroup